TRI DARMA PERGURUAN TINGGI DAN REALITAS MAHASISWA KINI

Oleh : Yona Pemela

Implementasi dari butir-butir Tri Darma Perguruan Tinggi yang sesungguhnya kini hanya menjadi harapan besar mahasiswa lalu.
Mana ada mahasiswa yang tidak mengetahui Tri Darma Perguruan Tinggi? Ketika MABIM mahasiswa baru diberitahu akan isi dari Tri Darma Perguruan Tinggi. Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Pendidikan akan didapatkan mahasiswa dari kampus dimana dia menimba ilmu. Selain dari sana, mereka juga akan mendapatkannya dari seminar, workshop, pelatihan, lokakarya, dan kegiatan pendidikan non formal diluar kampus lainnya. Pendidikan tersebut tidak hanya akademik saja, non akademik juga harus didapatkan. Misalnya untuk pengembangan softskill dan kreativitas mahasiswa yang kini susah untuk digali dan tak terlihat potensinya.
Penelitian. Hal ini akan didapat biasanya manakala mahasiswa tingkat akhir akan melakukan penyusunan Tugas Akhir atau Skripsi. Namun, keinginan banyak pihak kampus tidak hanya ini. Mahasiswa dalam masa aktifnya juga harus melakukan penelitian dibantu dengan dosen pengampu nya. Sehingga penelitian disini tidak hanya dijadikan formalitas sebagai syarat kelulusan dalam penyusunan Tugas Akhir dan Skripsi.
Untuk point yang terakhir adalah pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa biasanya akan melakukan hal ini manakala mereka melakukan KKN, PKL, PPL, dan kegiatan yang diharuskan oleh perguruan tinggi tempat mereka belajar. Sangat jarang mahasiswa melakukan pengabdian kepada masyarakat atas dasar kesadaran sendiri. Pengabdian kepada masyarakat tidak hanya dilakukan secara besar-besaran hanya untuk mendapatkan sertifikat. Tapi membantu kegiatan di kampungnya, membantu tetangga ke rumah sakit, dan membantu usaha-usaha kecil dalam pengajuan kredit ke Bank juga merupakan implementasi dari pengabdian kepada masyarakat secara nyata.
Namun sangat sulit untuk menerapkan point per point dari Tri Darma Perguruan Tinggi secara nurani kepada mahasiswa kini. Khususnya di Tasikmalaya, mahasiswa kini sudah tervirusi oleh pola hidup yang hedonis, apatis, dan pragmatis dengan pemahaman yang kapitalis. Gaya hidup mereka yang suka berhura-hura menghabiskan waktu mereka untuk nongkrong di mol-mol dan ngerumpi di meja cafe. Mereka yang tidak peduli terhadap perubahan sosial yang ada disekitarnya. Mereka yang menganggap tidak pentingnya kebijakan-kebijakan pemerintah yang sama sekali tidak mempengaruhi kehidupan mereka. Paradigma seperti itu haruslah ditumpas.
Mahasiswa kini sebenarnya harus lebih kritis. Lebih cerdas daripada mahasiswa dulu. Dengan adanya fasilitas yang serba berteknologi tinggi. Terkoneksinya jaringan dimanapun dia berada. Tidak akan mampu menyulitkan mereka untuk berbuat lebih baik, lebih berguna untuk masyarakat banyak. Jangankan untuk masyarakat, untuk dirinya saja kadang mereka tidak peduli. Yang penting mereka senang dan menikmati kehidupannya saat itu.
Menanamkan jiwa kepedulian itu memang sulit. Namun, orang-orang dengan pemikiran seperti mahasiswa dulu tidak terlepas dari peran penting orang tua, dosen, teman, dan organisasi. Mahasiswa yang aktif di organisasi lebih peka terhadap perubahan sosial lingkungan mereka. Beda halnya dengan mahasiswa yang hanya menjalankan kewajibannya kuliah. Yang mereka tau hanya bejalar dikelas, ada tugas dikerjakan, UTS, UAS, libur deh. Kecuali mereka punya kegiatan sendiri yang berkaitan dengan dua point terakhir dari Tri Darma Perguruan Tinggi.
Penulis mengharapkan, implementasi sesungguhnya dari Tri Darma Perguruan Tinggi itu adalah ketika mereka dibutuhkan oleh masyarakat mereka sigap dan ketika dirasa mereka perlu terjun ke masyarakat, mereka siap.
Semoga dari tulisan ini, pembaca mampu memahami peran sebenarnya dari mahasiswa yang diharapkan sebagai pembawa perubahan bagi masyarakat.
Salam mahasiswa, salam pergerakan, salam perubahan. 🙂

Tinggalkan komentar